My People

Welcome!

Assalamualaikum,
Welcome to the MilkyNadway!
MilkyNadway it's a fairytale! And i am a Queen of the kingdom in MilkyNadway. You can go to anywhere, you can be everything you want, and dont worry about time, and pain, and the sadness, the sorrow, you will not found it here.
So have fun, and enjoyed!

-arigatou \(^O^)/ sayounara
from, queen

Agustus 27, 2013

UN-NAMED (to be continued)


  Gelap. sungguh gelap. mengapa pandanganku menjadi gelap? padahal sebelumnya, cahaya begitu menyilaukanku. Oh ya, tentu saja. tanganku menutupi kedua mataku. Dan seketika itu pula aku membuka mata, lautan cahaya menari-nari dalam bayangan pengelihatanku.
  Senja. Matahari sudah berada di ufuk barat, mulai tenggelam seiring waktu berjalan. Aku masih terdiam, menikmati sapuan angin laut, dan dinginnya suasana pantai menuju malam . Menatap langit yang mulai berbintang, akupun terdiam.
  Kenangan. Masih teringat jelas, dinginnya salju menyentuh kulitku, tangannya yang besar dan kokoh menjagaku agar tidak terjatuh. Masih tercium aroma tubuhnya disaat dia memeluku, dan nafasnya disampingku. ciuman yang singkat, namun hangat masih terasa dibibir ini.
  Perbedaan. Kami menatap matahari terbenam seperti sekarang ini. Hanya saja, tidak sama persis. Dulu aku tersenyum disampingnya, kini aku berdiam sendiri. Sekarang hanya ada aku, tanpa kamu, memenuhi hatiku.
  Seketika aku mendengar seseorang berjalan dibelakangku, aku pun berbalik. Menatapa sesosok, pria paruh baya. Dia berjalan kearahku, lalu duduk disampingku. Suasana masih hening, diapun bergeming. Si pria paruh baya ini adalah ayahku. Tak ada percakapan diantara kami, hingga malam semakin larut, dan ayah mengajaku untuk pulang.
  Di dalam mobil yang ia kendarai, kami masih sama-sama terdiam. Aku menatap keluar jendela, tak ada siapapun. begitu hening, dan sepi. Dari ujung mataku terlihat ayah melirik kearahku, namun ia tetap diam. haruskah aku memulai pembicaraan? Pondok kami sudah mulai terlihat, begitu terang diantara puluhan pepohanan.
  Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kedalam kamarku, dan menutupnya rapat. Rasanya begitu menyesakkan. Berada ditempat yang semua kenangan indah ini terlukis. Aku duduk menatap keluar jendela, melihat tanah kosong, dan terdiam. Mengapa ini semua harus terjadi kepadaku?
Terdengar suara mom memanggilku dari lantai bawah untuk makan malam. Ku beranjak dan menyelinap kedalam tempat tidurku, begitu nyaman, hangat, terasa seperti kedua tangannya memelukku.
***
  Pintu terbuka. Mom memasuki kamar dan langsung membuka tirai jendela. Seketika cahaya menelanku dalam teriknya. Aku mengerang. Entah sudah berapa lama aku tidak tertidur pulas seperti saat ini.
"Mom.. Ingatkah bila hari ini adalah liburan musim panasku?" Tanyaku sembari menarik selimut.
"Ya aku tau, tapi lihatlah keluar. Udaranya sangat cerah. Kulitmu pucat kekurangan cahaya matahari" gerutunya.
Ya benar, bagi mom, kulit pucat karna kurang asupan gizi dari cahaya matahari. Apakah aku terlihat seperti tumbuhan yang butuh makanan cahaya?
"Oh mom, yang benar saja. Kulitku pucat karna kita lama tinggal di dalam goa"
"Apa maksudmu dengan goa? Ayahmu banting tulang untuk menyekolahkanmu, dan kamu mengejek rumah hasil kerja keras ayahmu dengan sebutan 'goa'?"
"uhhh..mom..Sorry. Ok aku bangun. Mungkin aku akan sedikit beradaptasi disini"
Untunglah, mood mom sedang bagus. Entah apa yang akan terjadi bila ia sampai benar-benar marah. Kau paham maksudku? mungkin akan ada hawa-hawa panas yang keluar dari dirinya.
Aku tidak bercanda, ini serius.
  Aku berjalan lunglai kearah lemari pakaian disudut kamarku. Hampir tak ada baju yang bisa dibilang 'cocok' untuk digunakan di musim panas. Dari kecil aku tinggal dalam goa.. uhmm.. maksudku igloo. kau tau? Bila kau tinggal dalam suasana bersalju setiap hari. bahkan terkadang dalam musim tertentu kau tidak bisa membedakan siang dan malam. itu adalah hari-hari yang buruk sepanjang eksitensiku.
  Mom begitu bahagia ketika Dad memberitahunya tentang perpindahan ini. Dad mendapatkan rujukan untuk pindah ke florida atas dasar penilitian yang sedang ia jalani. Dan disinilah aku terjebak, kembali kerumah lama mereka sebelum pindah ke alaska. Mom sangat merindukan rumah ini, ia tidak berhenti berbicara mengenai betapa indahnya suasana hutan, dan betapa ia tidak sabar untuk segera menetap di florida. Aku begitu senang melihat ia se-excited ini, walaupun aku sangat tidak nyaman dengan perpindahan ini.
  Mom bilang, di florida akan ada banyak anak seusiaku. Oh, yang benar saja. Di dalam hutan seperti ini? Bahkan untuk pergi ke swalayan terdekat harus menyusuri jalan tiada ujung. Memang ada banyak pondok di dekat swalayan. Tapi bukankah, aku akan menjadi anak paling aneh di sekolahku nanti? Aku bertanya-tanya, apa julukan untukku yang akan mereka olokan. Si anak baru yang aneh? Anak hutan? Rasanya aku tidak ingin kesekolah. Beruntung kami pindah disaat liburan musim panas sedang berlangsung.
  Setelahh menemukan pakaian yang 'pas' untuk hari ini, aku berjalan menuruni tangga, kulihat dad sedang menyantap sandwich dengan sekali gigitan. Aku berjalan ke arah mom yang sedang membuatkan aku scremble egg.
"Wangi yang lezat, mom. Aku sangat lapar."
"Tidak mungkin kamu tidak lapar manusia goa." Mom tertawa.
"Aku fikir mom tidak suka dengan gurauanku." Tanyaku sambil mulai menyuap scremble egg.
"Memang tidak. Aku hanya bergurau."
"Apa yang akan aku lakukan hari ini liz?" Tanya Ayahku.
"Entahlah dad, menurutmu apa yang bisa aku kerjakan disini?"
"well..." Dad terdiam beberapa saat. "Mungkin kita bisa merapihkan perkarangan belakang.."
"Oh. yeah. sangat menyenangkan dad." Jawabku tanpa antusias.
"Bagaimana denganmu gret?" Tanya ayahku kepada mom.
"entahlah. Banyak kegiatan yang harus kita lakukan disini. Liz, bukankah kau bilang mau berjalan-jalan dan beradaptasi disini?"
"uhh.. yeah.. mom, mungkin aku akan membantu dad merapihkan perkarangan belakang."
"tidak. tidak. Aku mau kamu mencari kesibukanmu sendiri, berjalan-jalan lah. have fun."
"uhh.. oke."
  Aku menghabiskan sisa scremble egg, dan langsung menuju ke pintu depan. Udara yang panas menerpa kulitku, cahaya matahari menyilaukanku. Mungkin, entahlah, aku akan sedikit menyukai tempat ini. Aku berjalan menuju hutan, mengikuti jalan setapak. Terrdengar suara gemiricik air. Aku berjalan mengikuti suara air, dan melihat dua ekor tupai saling berkejaran diatas dahan pohon oak yang menjuntai tinggi.
  Tempat yang rindang membuat suasana hutan menjadi 'lebih' gelap. Sudah berapa jauh aku memasuki hutan ini? Seketika aku berbalik badan, memastikan aku pergi tidak terlalu jauh. Ternyata pondokku masih terlihat jelas. Mungkin aku yang terlalu paranoid. Aku berjalan semakin cepat mengikuti suara gemericik air, sedikit berlari, aku mulai merasa hangat. Peluh membasahi pelipis dan tengkuk-ku. Matahari sekiranya sudah berada diatas kepalaku, aku terdiam menatap lurus kedepan. terpaku, tak bergeming. Sungguh indah, aku terpukau oleh keindahan lukisan yang tercipta alami. Sungai yang mengalir, dihiasi oleh berbagai bunga warna-warni, kelinci kecil, dan, uh.. betapa sejuknya air sungai ini. Ku basuh kedua tanganku, terasa sejuk. Ku basuh lagi, kini ku basuh wajahku dan tengkuk bagian belakang. Mungkin lain kali aku akan mencoba mandi disini, fikirku. Seketika aku terdiam mendengar suara langkah kaki dibelakangku. Aku melirik, memastikan tidak ada orang lain disekelilingku. Mungkin aku harus mengecek. Haruskah aku berjalan kearah sumber suara; sekedar mencari tau suara apa yang tadi ku dengar, atau ini hanya imajinasiku saja. Mungkin aku sudah terlalu lama didalam hutan. Aku memberanikan diri untuk bangkit dan seketika terdengar suara langkah kaki itu semakin mendekat. Jantungku berdegup kencang, ku beranikan diri melihat kebalakang.
***
"Oh my god! Dad! Kau membuatku takut! Jantungku nyaris ku muntahkan keluar!" Aku berteriak seketika, badanku gemetar hebat, wajahku merah menahan takut dan malu. Dad masih tertawa dengan kedua tangan memegangi perutnya, wajahnya merah padam menahan rasa geli. "Tidak lucu dad. Sungguh. Aku fikir ada beruang atau semacamnya.." Jantungku sudah sedikit lebih normal, aku sudah bisa menguasai diriku sekarang.
"hmphhtt... maaf sayang. Hanya saja, ini menarik." Dad kembali tertawa terpingkal-pingkal. Badannya ikut bergetar seiring dia tertawa, akupun ikut tergerak untuk tertawa.
"Ayo dad, kita balik pulang. Mungkin aku merasa sedikit paranoid terlalu lama didalam hutan sendirian."
"well.. kamu tidak sendirian." wajah dad sedikit tersenyum.
Aku berjalan sambil menatap dad, mempertanyakan maksud dari kata-katanya.
"Jika kamu berjalan sedikit kedalam hutan melewati sungai tadi, kamu akan menemukan desa kecil."
"Desa?"
"iya, desa." kembali tersenyum.
"Oh tidak, dad." Aku berlari ke arah rumah.
"kenapa?" tanya dad terkejut melihat tingkahku.
"Aku tak akan termakan oleh gurauanmu lagi"
  Malam ini kami berkumpul dalam ruang keluarga. Hening yang panjang. Aku beranjak kearah kamarku dengan lunglai. Diluar sangat gelap.
"Dad, tidak adakah lampu di luar?"
"maaf, sayang. Aku belum memasangnya, mungkin besok."
"aku bertanya-tanya, bagaimana jika perkarangan belakang kita pasang lampion berwarna-warni? pasti terlihat indah."
"Wah. ide yang luar biasa. bagaimana menurutmu honey?
mom mendongak dari buku yang ia baca. "Ide yang bagus."
"Well, Besok kita akan pergi ke kota liz"
"Uh. Okay dad. Aku tidur. Night dad. Night Mom"
  Didalam kamar sungguh pengap. Aku membuka sedikit jendela untuk mendapatkan sedikit angin. Aku terpaku dalam ingatan masa lalu. Apa yang ia lakukan disana? Apa ia akan baik-baik saja? Aku merindukannya. Sungguh ironis memang. Putus dengan laki-laki yang sudah aku pacari selama 3 tahun, lalu pergi tanpa berpamitan dengannya. Bahkan aku tidak bisa menghubunginya. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik. Aku berada dalam jarak yang jauh darinya. Seketika aku melihat pergerakan dibawah. Didekat pohon ek. Ada sesuatu dibalik pohon itu. Seorang laki-laki. Aku lihat dengan pasti, dia adalah laki-laki. Namun siapa? Kupicingkan mataku, namun laki-laki itu; sesuatu itu, telah lenyap.
  Mungkin aku yang terlalu paranoid. Lebih baik aku tidur. Aku tutup jendela, dan menguncinya rapat. Kasur ini begitu hangat, dan gerah. Siapa laki-laki tadi? Mengapa dia berdiri disitu. Aku takut dan menutupi seluruh badanku dengan selimut. Entah sejak kapan aku sudah tertidur dan bermimpi. Mimpi atau kenangan yang kembali teringat, mimpi akan diriku dan dia. Dalam igloo yang gelap, beradu kasih. Dia melumat bibirku dengan lembut, menatapku, memelukku. Suasana yang dingin terhapus oleh kehangatan yang ia bawa. Namun cahaya matahari menghapus mimpi indah ini, dan membawaku dalam realita.

*to be continued*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mampir dan baca lagi ya.. anyway jangan di copy - melanggar hak cipta.
THANK YOU