My People

Welcome!

Assalamualaikum,
Welcome to the MilkyNadway!
MilkyNadway it's a fairytale! And i am a Queen of the kingdom in MilkyNadway. You can go to anywhere, you can be everything you want, and dont worry about time, and pain, and the sadness, the sorrow, you will not found it here.
So have fun, and enjoyed!

-arigatou \(^O^)/ sayounara
from, queen

Juli 22, 2014

Rencana.

Gue menatap langit yang mulai mendung, hijau rumput yang semula terasa hangat kini mulai terasa sejuk dibalik badan gue. Gue berguling kearah kanan, terlihat sederetan semut merah berjalan beriringan dideket gue. sontak gue langsung terlonjak bangun, badan gue goyang-goyangin. Bukan, bukan gue ayan atau kesurupan. "Pantes aja badan gue gatel-gatel", gue mengumpat dalam hati. Gue membereskan buku-buku gue yang berserakan disamping gue, dan berjalan kearah kantin.
Terdengar tawa anak-anak basket cowo dari arah lapangan belakang, gue menatap seorang laki-laki yang badannya kurang lebih 2 meter. Kulitnya yang putih tertimpa cahaya matahari yang menyengat, walaupun hampir setiap istirahat siang dia main basket entah kenapa dia ngga pernah menghitam. Mungkin dia pake sebotol body lotion sebelum olahraga. Entahlah.
Tempat duduk gue persis menghadap kelapangan belakang. Laki-laki itu berlari kearah kanan, meminta bola dari temannya yang tingginya kurang lebih sama. dia mendrible sebentar lalu melemparnya. bola orange itu masuk dengan mulusnya. Laki-laki itu berhigh-five dengan teman-temannya, badannya basah oleh keringat.
sesaat mata kami beradu pandang, gue mengalihkan pandangan gue ke buku novel yang gue baca.
"Dio!" Seorang perempuan berlari kearah laki-laki tersebut, rambutnya yang panjang bergoyang-goyang dengan lembut. Dio menoleh sebentar dan mengangguk kearah si perempuan itu.
"Oh, Sel. Kenapa?" tanyanya, matanya masih menatap lapangan dan sesekali meneriaki kata-kata penyemangat untuk teman-temannya.
"Mau minum?" tanya Selly, sembari memberikan sebotol minuman dingin kearah Dio.
"Makasih, tapi engga deh Sel. Gue main lagi abis ini."
Wajah Selly yang cantik tampak kecewa, dia tersenyum tipis kearah Dio.
"Gue boleh nontonin lo ya?"
Dio mengangguk sekilas.
"Disini." Ucapnya lagi.
"Silahkan aja"
Selly duduk disamping Dio, gue berusaha menghilangkan fikiran-fikiran yang kurang mengenakan. Sebenarnya fikiran gue ngga jauh-jauh dari kata 'Seandai gue secantik Selly', atau 'Seandainya gue yang disana". Selalu dengan kata 'Seandainya'.
Lo semua pasti mikirnya gue ngga tau bersyukur. Tapi memang kenyataannya ngga banyak yang bilang gue cantik, paling yang bilang nyokap bokap gue. mentok-mentoknya ya diri gue sendiri.
Badan gue tingginya rata-rata, berat gue juga rata-rata. Rambut gue keriting dicatok lurus panjang sepunggung. Hidung gue mancung, bulu mata gue lentik, kalau gue senyum pasti terlihat lesung pipi dikedua pipi gue. Muka gue yang Arabian juga menambah karakter wajah gue.
Mungkin untuk kalian yang baca, mikirnya gue cantik dan penasaran sama kekurangan gue.
Sesosok tangan yang ramping menarik buku gue dengan cepat. Gue tersontak dan berusaha merebut buku gue dari tangannya.
"Baca buku tuh di perpustakaan dong!" Suara yang nyaring terlontar dari mulut Vania.
"Balikin buku gue, Van!" Tangan gue mencoba menarik buku gue dari genggaman Vania.
Vania bergegas memberikan buku gue ke salah satu temannya--Anya. Anya menatap gue penuh kejijian. Entah kenapa gue selalu jadi korban bulan-bulannya Vania dan gengnya.
Tangan yang panjang meraih buku gue dari tangannya Anya.
"Buku gue nih." suara yang hangat terlontar dari bibir Dio.
"Dio, itu buku lo?" Anya berbalik kaget menatap sosok laki-laki yang berdiri tegap dibelakangnya.
"Iya, gue pinjemin ke nadya." Dio menghampiri gue sambil memberikan bukunya ke gue. "Nih nad."
Gue memeluk bukunya erat-erat, "thanks."
Anak-anak basket cowo berkumpul di kantin setelah selesai adu tanding, geng Vania udah berpindah duduk ditengah-tengah kantin. Gue bersiap-siap membereskan buku-buku gue. Salah seorang anak basket duduk disamping gue,
"Gue disini ya?"
Gue menatap bingung sosok Dio yang udah duduk disamping gue.
"Silahkan aja. Gue udah mau pergi." Gue tersenyum simpul kearahnya.
"Yah gue baru duduk masa lo pergi nad. Temenin gue ya, sebentar doang." ucapnya sambil terkekeh.
Gue menimbang-nimbang untuk memaksa keluar dari kursi gue atau tetep stay dan balik duduk dikursi gue. Mata-mata cantik dari gengnya Vania mendelik kearah gue.
"hmm.." gue mendesah sekilas, "gue mau keperpus."
"Gue juga mau kesana, bareng aja. Tapi gue makan dulu, laper nih." Ucapnya tetep ngga bergeming.
Gue menyerah dan kembali duduk disampingnya.
"Nah, gitu dong." Dio tertawa nyaring disamping gue. "Lo suka baca buku Horror juga nad?"
"ah.. iya." jawab gue spontan.
"Gue juga. Gue punya banyak koleksi buku-buku Horor dirumah gue."
"Masa?"
"Iya, kapan-kapan gue bawain deh."
"Ah, serius?" tanya gue, senyum sumringan terkembang di wajah gue.
Dio menatap mata wajah gue, senyum puas tersungging diwajahnya. "Iya. Janji deh."
Selly datang kearah gue dan Dio, langsung duduk didepan gue.
"Nad, kok ngga makan? Ngga ada uang ya, sini gue yang bayarin lo pesen aja." ucapnya tiba-tiba.
Gue menduduk kearah lantai, "makasih Sel, gue ngga lapar."
"Yaudah kalau gitu. Gue ikut makan disini ya, Nad?" tanyanya dengan cara bicara yang halus banget, seakan lagi meminta uang jajan ke bokapnya.
"Silahkan aja Sel, tapi kita habis ini mau ke perpus." jawab Dio.
"Oh, lo udah selesai makan Di?" tanya selly masih dengan suaranya yang halus.
"Udah nih, gue baru mau jalan. Yuk, Nad."
Gue menatap mata Selly yang menatap gue dengan terheran-heran, "eh. iya, gue duluan Sel."
Dio berbicara dengan Evan salah satu anggota teamnya sebentar, gue berdiri dibelakang Dio. Tinggi gue hanya sampai sebatas bahunya aja, gue merasa pendek banget jadi gue berjalan mendahului Dio.
Gue merasakan Dio berlari dibelakang gue menghampiri gue, 
"Buru-buru amat bu." ledeknya.
"Gue berasa pendek disebelah lo." gumam gue.
"Apaan?" tanya dio.
"Itu gue ngejar Ufo." ucap gue spontan.
Dio tertawa disamping gue, Rambutnya masih basah karna keringat. Kami berjalan dalam hening, badannya yang lengket menempel di lengan gue.
"Di." ucap gue pelan-pelan.
"Kenapa, Nad?"
"Lo ngga ganti baju dulu?"
Wajahnya tiba-tiba memerah, "Kenapa? Gue bau ya?"
"Bukan!" ucap gue cepat-cepat. Melihat reaksi gue, Dio tertawa terpingkal-pingkal disamping gue.
"terus kenapa?" tanya-nya.
"Nanti lo masuk angin." ucap gue pelan-pelan.
Dio hanya menatap lurus koridor, senyumnya merekah. Tidak ada tanda-tanda dia mau membalas ucapan gue, jadi gue juga berjalan sambil diam.

1 komentar:

Mampir dan baca lagi ya.. anyway jangan di copy - melanggar hak cipta.
THANK YOU